Rabu, 10 Agustus 2011

Budidaya PADI ORGANIK


        Revolusi Hijau merupakan upaya meningkatkan produksi pangan melalui usaha Pengembangan teknologi pertanian, dimulai sejak dekade '60 dengan label pertanian modern, kegiatannya meliputi penggunaan bibit unggul, pupuk kimia, pestisida kimia, pada tahun '84 Indonesia berhasil sebagai negara yang berswasembada pangan, akan tetapi revolusi hijau berdampak negatif yaitu meningkatnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia padahal mencemari  lingkungan dan menyebabkan keracunan pada manusia.
90% dari residu pestisida yang terdapat didalam bahan makanan adalah senyawainsektisida golongan oganoklorin, senyawa ini dapat bertahan lama dialam dan akan tertimbun didalam tubuh hewan dan manusia melalui rantai makan (kebayakan senyawa tersebut tertimbun dalam jaringan lemak), pada dasarnya organoklorin memberikan pengaruh kepada sistem saraf danean lokasi berbeda-beda, contoh:
1.     seyawa DDT( dikhloro difenil trikloetana) mempengaruhi hingga menyebabkan sistem saraf dalam keadaan tidak stabil, rongga yang terkena DDT tidak mampu mengendalikan kontraksi otot-ototnya.
2.     Senyawa BHC (benzen heksakhorids) dan aldrin dapat menyerang sistem saraf pusat.
3.     PCNB (penta cloro nitro benzen) dapat menyebabkan kanker
Atas dasar tersebut diatas maka banyak penyakit yang dikaitkan dengan adanya residu kimia sintesis dari pupuk dan pestisida.
Pertanian organik merupakan suatu sitem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan, prinsip pertanian organik adalah pertanian yang menerapkan atau menggunakan pupuk organik, pestisida dan fungisida organik serta harus mampu menyediakan hara bagi tanaman dan mengendaliakan serangan hama dengan kata lain tidak menggunakan pupuk kimia sintetik dan pestisida, serta fungisida kimia sintetik pula, jadi efisiensi penanaman padi organik secara konvesional adalah selisih harga, pupuk kimia sintetik dan selisih harga pestisida serta fungisida kimia sintetik, disamping
1.     Meningkatkan lingkungan kerja yang aman dan sehat
2.     Memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta menjaga kesinambungan ekosistem Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jagka panjang serta memelihara kelestarian SDA dan lingkungan
3.     Menciptakan lapangan kerja baru dan kehanonisan social di pedesaan
4.     Menghasilkan pangan yang cukup aman dan berkwalitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agrobisnis
5.     Harga jual yang relatif tinggi
Jenis Padi 
varietas INPARI (INPARI 1-6), dan 3 Varietas INPARA (INPARA 1-3).
Deskripsi varietas-varietas baru tanaman padi tersebut adalah:
  1. Inbrida Padi Irigasi (INPARI)
  2. Inbrida Padi Irigasi, atau lebih dikenal dengan INPARI adalah, Varietas-varietas unggul bari padi sawah yang cocok ditanam di lahan sawah irigasi.
1. INPARI 1
Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 952/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Ciri-ciri varietas ini bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman 93 cm, jumlah anakan produktif mencapai 16 anakan, dan tekstur nasi pulen.
Keunggulan varietas ini adalah ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 2, serta agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, selain itu varietas INPARI 1 mempunyai ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, serta
tahan rebah. Umur tanaman yang relatif pendek (108 hari) adalah keunggulan lain dari varietas ini. Yang paling penting dari suatu varietas unggul adalah potensi produksi yang cukup tinggi, rata-rata produksi varietas INPARI 17,32
ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) serta mempunyai potensi produksi 10 ton/ha GKG.
2. INPARI 2
Varietas INPARI 2 termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 85-95 cm, dengan jumlah anakan 15 anakan. Potensi hasil Varietas ini adalah 7,30 ton/ha dengan rata-rata hasil
5,83 ton/ha. Varietas ini cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Varietas INPARI 2 agak tahan terhadap hama wereng batang coklat, penyakit hawar daun bakteri, penyakit virus tungro. Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan            Menteri   Pertanian     No.
951/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.
3. INPARI 3
Varietas INPARI 3 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Varietas ini termasuk dalam golongan cere, dengan umur tanaman 110 hari. Potensi hasil varietas yang dilepas berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No. 953/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008 ini mencapai 7,52 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,05 ton/ha. Varietas ini tahan terhadap hama wereng batang coklat dan agak tahan terhadap penyakit Hawar daun bakteri,
dan penyakit virus tungro inokulum variasi 073, 013 dan 031.
4. INPARI 4
Tidak begitu berbeda dengan Varietas INPARllainnya, INPARI4 juga memiliki ketahanan terhadap ham a . wereng batang coklat, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, serta agak tahan penyakit virus tungro inokulum
varian 073 dan 031. Potensi hasil 8,80 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,04 ton/ha. Varietas ini termasuk dalam golongan cere dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 95-105 cm, dan 16 jumlah anakan. Varietas INPARI4
dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 954/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17Juli 2008.
5. INPARI 5 MERAWU
Varietas INPARI 5 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 955/Kpts/SR.120/7/2008 tanggal 17 Juli 2008. Varietas ini termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 100-105 cm, dan jumlah
anakan 15 anakan. Varietas INPARI 5 agak rentan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe I, 2, dan 3, tetapi varietas ini agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan
031. Padaumumnya varietas . INPARI 5 cocok ditanam pad a lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl.
6. IN PARI 6 JETE
Termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm, jumlah anakan 15 batang. INPARI 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18 %. Potensi produksi varietas INPARI 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG. Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6 JETE diiepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 956/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.
Inbrida Padi Rawa (IN PARA) Inbrida Padi Rawa adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam.
I. INPARA I
Varietas INPARA I termasuk dalam golongan Cere Indica, dengan umur tanaman 131 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman III cm, jmlah anakan produktif varietas INPARA I dapat mencapa 18 anakan. Apabila ditanam pada kondisi lahan rawa lebak rata-rata hasil dapat mencapai 5,65 ton/ha, sedangkan apabila ditanam pada kondisi lahan rawa pasang surut rata-rata hasllnya lebih rendah yaitu 4,45 ton/ha. Varietas INPARA I memiliki potensi
hasil cukup tinggi yaitu 6,47 ton/ha. lahan rawa, baik rawa lebak maupun rawa pasang surut umumnya mengandung Fe dan AI cukup tinggi, kedua unsur ini apabila dalam kondisi banyak dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.
Varietas IN PARA I memiliki toleransi keracunan Fe dan AI serta agak tahan terhadap serangan wereng batang coklat Biotipe I dan 2, serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri dan bias. Varietas ini cocok ditanam di daerah
rawa lebak dan rawa pasang surut. Varietas INPARA I dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor.
957/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.
2. INPARA 2

INPARA 2 merupakan varietas yang termasuk dalam golongan cere indica, varietas ini agak tahan terhadap wereng batang coklat Biotipe 2 serta tahan terhadap hawar daun dan blass, serta memiliki toleransi terhadap keracunan Fe
dan AI. INPARA 2 baik ditanam pada lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. Ciri dari varietas ini adalah umur tanaman 128 hari, bentuk tanaman tegak, ketahanan terhadap rebah sedang, tinggi tanaman 103 cm dengan jumlah
anakan produktif mancapai 16 batang. Potensi hasil INPARA 2 mencapai 6,08 ton/ha dengan rata-rata hasil pada lahan rawa lebak 5,49 ton/ha, dan pada lahan rawa pasang surut 4,82 ton/ha. Varietas INPARA 2 dilepas berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 958/Kpts/SR.120/7!2008 tanggal 17Juli 2008.
3. INPARA 3
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 960/Kpts/SR.120/7I2008 Tanggal 17 Juli 2008 Varietas INPARA 3 dilepas. INPARA 3 agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase vegetatif, agak toleran keracunan Fe dan AI,
baik ditanam di daerah rawa lebak, rawa pasang surut potensial dan di sawah irigasi yang rawan terhadap banjir. Varietas INPARA 3 termasuk dalam golongan cere indica, tekstur nasi pera, dengan umur tanaman 127 hari, tinggi
tanaman 108 cm, bentuk tanaman tegak, dengan jumlah anakan produktif 17
anakan. Potensi hasil lNPARA 3 mancapai 5,6 ton/ha, dengan rata-rata hasil 4,6 ton/ ha GKG.
Persiapan yang harus dilakukan
  1. Benih
1)      Berasal dari tanaman yang mampu berproduksi tinggi dan usahakan telah menggunakan sistem organik
2)      Mampu beradaptasi secara balk dengan lokasi penanaman setempat.
Alangkah baiknya tidak menggunakan padi GMO (genetically Modified Organisms) Bila tersebut diatas tidak tersedia maka gunakan bibit bukan organik namun benih tetap dengan perlakuan organic
3)      Pembuatan benih lebih baik d ambil dari lahan sendiri.
  1. Pupuk kandang
Pupuk kandang berasal dari KOHE yang bercampur dengan sisa makanan dan urine ternak, pupuk kandang mengandung unsur makro seperti N, K, Ca dan fosfor serta unsur Mikro seperti Al, Mgn, Fe dan Zn, pupuk kandang juga memberikan pengaruh sifat fisik tanah yang baik serta mampu menyelamatkan kadar Humus sehingga mempertahankan struktur tanah dan menjadikan tanah mudah diolah serta menjadi kecukupan O2.

2)             Pengolahan Lahan

Bersihkan dan perbaiki pematang sawah, buat parit dibagian tengah dan tepi untuk memudahkan drynase (pemasukan dan pembuangan air)
 Sebar jerami secara merata dilahan
bajak lahan sedalam 25-30 cm menggunkan bajak singkal, semprotkan OTO                                                                                        (sampai habis dan rata)
 Sebaiknya biarkan 7 hari dalam kondisi tergenang air agar jerami cepat mengelami
dekomposisi
 Gunakan garu untuk meratakan tanah,semprotkan POWER HARA(habis dan merata)
 Lahan yang siap ditanami usahakan dalam kondisi sedikit air
 1 hari sebelum tanam tebarkan pupuk kandang dan Mikro Power ¾ tutup per tangki 14 liter.



3. Penanaman

         Jarak tanam 4:1
Penanaman padi dengan cara tanam jajar legowo 4:1 merupakan cara tanam dengan bentuk pertanaman yang memberi ruang (barisan yang tidak ditanami) pada tiap 2 barisan tanam dengan ketentuan sebagai berikut:
1.   Jarak tanam dalam barisan 10cm
2.   Jarak tanam antar barisan 20cm
3.   Jarak tanam antar 2 barisan 40 cm (legowo)


          Jajar legowo 2:1
Teknik penanaman dengan cara tanam legowo 2:1 merupakan cara tanarn dengan bentuk pertanaman yang memberi ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap empat barisan tanam (bibit ditanam perempat baris) denga jarak tanam sebagai berikut:
Pada 2 baris pinggir:
1)  Jarak tanam dalam barisan 20cm
2)  Jarak tanam antar barisan 10cm
3)  Jarak tanam antar 2 barisan 40 cm (legowo) Pada 2 baris tengah
4)     Jarak tanam dalam barisan 20cm
5)     Jarak tanam antar baris 20 cm

4. Penanaman Bibit
Berikut Teknik penanaman bibit ke lahan
1)     Umur bibit 14-16 hari dengan jumlah 1 bibit per lubang
2)     Usahakan pangkal bibit tidak terlipat dan perakarannya masuk lurus kedalam
 
5. Penyulaman Bibit
Penanaman bibit muda perlu diperhatikan pertumbuhannya, jika bibit yang tidak tumbuh, patah atau dimakan keong segera lakukan penyulaman

6. Pemupukan secara Organik
Tanaman berumur 3 hari semprotkan Mikro Power 2-4 tutup,Bio Mikron 1 tutup dan Foton X 1 tutup tiap tangki  secara tipis merata dengan interval waktu 3 hari sebanyak 3x penyemprotan, untuk penyemprotan berikutnya dengan dosis pemakaian Mikro Power 2-4 tutup, Bio Mikron 1 tutup dan Foton X 1 tutup tiap tangki  dengan interval waktu 5 s/d 7 hari sampai menjelang panen.

 Aplikasi semi Organik padi
Sebaiknya penanaman pada sekat benih berumur 14 s/d 16 hari, sebelum tanam semprotkan Mikro Power 2-4 tutup,Bio Mikron 1 tutup dan Foton X 1 tutup tiap tangki  secara tipis merata, setalah padi berumur 3 hari lakukan penyemprotan pertama dengan aplikasi 4 tutup dalam 1 tangki, pada umur 7 hari pupuk dengan Urea dengan aplikasi 1 Hektar 150kg secara tipis merata ( lebih cenderung sebagai stater), pemupukan berikutnya 3 hari setalah pemupukan dengan Urea, lakukan pemupukan dengan menyemprotkan Mikro Power 2-4 tutup,Bio Mikron 1 tutup dan Foton X 1 tutup tiap tangki , langkah berikutnya adalah dengan interval waktu 6 s/d 7 hari lakukan penyemprotan dengan Mikro Power 2-4 tutup,Bio Mikron 1 tutup dan Foton X 1 tutup tiap tangki 14 liter sampai menjelang panen (memping ijo)
Penggunaan Urea dengan pengurangan
Pada MT 1 Urea 150kg/H
Pada MT 2 Urea 100kg/H
Pada MT 3 Urea 50kg/H



Tidak ada komentar:

Posting Komentar